Minggu, 15 Desember 2013

10 bahasa terbanyak yang di gunakan di INDONESIA

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak bahasa daerah. Menurut data dari Ethnologue, Indonesia memiliki 726 bahasa yang dituturkan oleh berbagai etnis di seluruh wilayah Indonesia. Berikut ini adalah 10 bahasa daerah yang memiliki jumlah penutur terbanyak di Indonesia.
Persebaran suku bangsa dan bahasa daerah di Indonesia
Sumber: Wikimedia Commons
1. Bahasa Jawa (84.300.000 jiwa)
Bahasa Jawa dituturkan oleh masyarakat Indonesia terutama di pulau Jawa bagian tengah dan timur. Namun, di pulau-pulau yang lainnya juga terdapat penutur bahasa Jawa. Bahkan di luar negeri pun juga terdapat penutur-penutur bahasa Jawa, di antaranya negara Suriname, Kaledonia Baru, Malaysia, dan Singapura. Bahasa Jawa memiliki beberapa tingkatan, seperti Ngoko, Madya, dan Krama. Menurut data sensus tahun 2000, penutur bahasa Jawa di Indonesia adalah sebanyak 84 juta jiwa lebih.
Bahasa Jawa memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Banten, Banyumas, Blora, Brebes, Bumiayu, Cirebon, Kedu, Madiun, Malang, Pantura Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati), Pantura Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro) Pekalongan, Semarang, Serang, Surabaya, Surakarta, Suriname, dan Tegal.
Bahasa-bahasa di Jawa dan Bali
Sumber: Wikimedia Commons
2. Bahasa Sunda (34.000.000 jiwa)
Bahasa Sunda dituturkan oleh masyarakat Indonesia terutama di pulau Jawa bagian barat. Bahasa ini tidak hanya dituturkan di daerah Jawa bagian Barat, namun juga dituturkan di berbagai pulau di Indonesia oleh warga Sunda yang migrasi ke tempat tersebut. Bahasa Sunda juga dituturkan di luar negeri terutama di daerah yang menjadi tempat migrasi warga Sunda. Menurut data sensus tahun 2000 bahasa Sunda dituturkan oleh 34 juta jiwa.
Bahasa Sunda memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek barat (Banten Selatan), dialek utara (Bogor, dan sekitarnya), dialek selatan/dialek Priangan (Bandung dan sekitarnya, dialek tengah timur (Majalengka dan sekitarnya), dialek timur laut (Kuningan dan sekitarnya), dialek tenggara (Ciamis dan sekitarnya).
3. Bahasa Madura (13.600.000 jiwa)
Bahasa Madura dituturkan oleh masyarakat Indonesia terutama di pulau Madura dan kawasan pantai utara Jawa Timur (Probolinggo dan sekitarnya). Bahasa Madura juga banyak dituturkan di Surabaya dan sekitarnya, Malang dan sekitarnya, kepulauan Masalembo, hingga Kalimantan. Bahasa Madura banyak terpengaruh oleh bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa, dan sebagainya. Banyak pula kata-kata dari bahasa ini yang berakar pada bahasa Melayu, bahkan sampai bahasa Minangkabau. Namun tentunya dengan pelafalan yang berbeda. Bahas Madura memiliki pelafalan yang unik, sehingga orang luar Madura akan merasa kesulitan dalam mempelajarinya. Menurut data sensus tahun 2000, penutur bahasa Madura sekitar 13 juta jiwa.
Bahasa Madura memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, dan Kangean. Dialek yang lainnya merupakan dialek rural yang telah tercampur dengan dialek-dialek dari bahasa lainnya.
4. Bahasa Minangkabau (5.530.000 jiwa)
Bahasa Minangkabau dituturkan oleh masyarakat di provinsi Sumatera Barat, bagian barat Riau, dan Negeri Sembilan, Malaysia. Selain itu juga terdapat di berbagai daerah, karena orang Minangkabau banyak yang merantau ke luar daerahnya. Menurut sensus tahun 2007, bahasa Minangkabau dituturkan oleh sedikitnya 5 juta jiwa.
Bahasa Minangkabau memiliki banyak sekali dialek, di antaranya bahasa Minangkabau Baku (dialek Padang), Mandahiling Kuti Anyie, Padang Panjang, Pariaman, Ludai, Sungai Batang, Kurai, Kuranji, Salimpaung Batusangkar, dan Rao-Rao Batusangkar.
Persebaran etnis dn bahasa di pulau Sumatera
Sumber: Wikimedia Commons
5. Bahasa Musi (3.930.000 jiwa)
Bahasa Musi adalah bahasa yang dituturkan oleh masyarakat di sepanjang hulu dan hilir sungai Musi, Provinsi Sumatera Selatan. Bahasa Musi juga dikenal sebagai bahasa Sekayu dan bahasa Palembang. Penutur bahasa ini menurut sensus tahun 2000 adalah 3,9 juta jiwa.
Bahasa Musi memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Pegagan, Musi Sekayu, Penukal, Kelingi, Rawas; Palembang, Palembang Lama, Meranjat, Penesak, Belide, Burai, dan Lematang Ilir.
6. Bahasa Bugis (3.500.000 jiwa)
Bahasa Bugis adalah bahasa yang dituturkan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan. Selain itu, bahasa ini juga dituturkan di daerah lain di antaranya provinsi di sulawesi selain Sulawesi Selatan, Kalimantan, Maluku, Papua, Sumatera, dan juga di Sabah, Malaysia. Menurut sensus tahun1991 bahasa ini dituturkan oleh sekitar 3,5 juta jiwa.
Bahasa Bugis memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Bone, Pangkep, Camba, Sidrap, Pasangkayu, Sinjai, Soppeng, Wajo, Barru, Sawitto, dan Luwu.
Persebaran etnis dan bahasa di Sulawesi
Sumber karya asli: Wikimedia Commons
7. Bahasa Banjar (3.500.000 jiwa)
Bahasa Banjar adalah bahasa yang dituturkan oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan. Bahasa ini juga dituturkan di daerah lain seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Di luar negeri, bahasa Banjar juga dituturkan oleh suku Banjar di Malaysia. Bahasa ini banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu, Jawa, dan Dayak. Menurut sensus penduduk tahun 2000 penutur bahasa ini berjumlah 3,5 juta jiwa.
Bahasa ini memiliki dua dialek utama, yaitu dialek Kuala dan Hulu. Dialek Banjar Kuala dituturkan oleh penduduk Banjarmasin, Martapura, dan Pelaihari. Sedangkan dialek hulu dituturkan oleh penduduk di daerah hulu sungai.
Persebaran suku bangsa dan bahasa di Kalimantan
Sumber karya asli: Wikimedia Commons
8. Bahasa Aceh (3.500.000 jiwa)
Bahasa Aceh adalah bahasa yang dituturkan oleh suku Aceh yang terdapat di pesisir, sebagian pedalaman, dan sebagian kepulauan Aceh. Bahasa ini dituturkan di Provinsi Aceh kecuali 3 kecamatan di Aceh Timur yang menggunakan bahasa Gayo, dan 1 kecamatan di Aceh Barat Daya yang menggunakan bahasa Kluet. Menurut sensus tahun 2000 penutur bahasa ini berjumlah 3,5 juta jiwa.
Bahasa aceh memiliki beberapa dialek, di antaranya dialek Banda Aceh, Baruh, Bueng, Daja, Pase, Pidie (Pedir, Timu), dan Tunong.
9. Bahasa Bali (3.330.000 jiwa)
Bahasa Bali adalah bahasa yang dituturkan oleh Masyarakat di pulau Bali, Lombok bagian barat, dan sedikit ujung timur pulau Jawa. Di Lombok, bahasa Bali dituturkan terutama di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa dituturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Sebagaimana bahasa Jawa, bahasa Bali juga terdapat beberapa tingkatan, seperti Bali Kasar, Bali Madya, dan Bali Alus. Bahasa Bali berkerabat dengan bahasa Sasak, dan beberapa bahasa di pulau Sumbawa. Kemiripan dengan bahasa Jawa hanya karena pengaruh kosakata atas bahasa Jawa karena penaklukan Bali oleh kerajaan di Jawa terutama abad ke-14 oleh Gajah Mada. Secara fonologis, bahasa Bali lebih mirip bahasa Melayu daripada bahasa Jawa. Kemiripan dengan bahasa Jawa hanya pada tingkatan bahasa sehingga bahasa Bali Alus sangat mirip dengan bahasa Jawa Krama. Menurut sensus tahun 2000 bahasa Bali dituturkan oleh 3,3 juta jiwa.
Bahasa Bali memiliki berbagai macam dialek, di antaranya dialek Dataran Rendah Bali (Klungkung, Karangasem, Buleleng, Gianyar, Tabanan, Jembrana, Badung), Dataran Tinggi Bali (“Bali Aga” ),  dan Nusa Penida.
10. Bahasa Betawi (2.700.000 jiwa)
Bahasa Betawi adalah bahasa yang dituturkan oleh orang Betawi di daerah Jakarta. Bahasa ini merupakan anak dari bahasa Melayu. Bahasa Betawi merupakan bahasa kreol (percampuran) yang didasarkan pada bahasa Melayu Pasar ditambah unsur bahasa Sunda, Jawa, Bali, Cina Selatan (terutama Hokkian), Arab, dan Eropa (terutama Belanda dan Portugis). Tidak ada struktur baku dalam bahasa ini yang membedakan dengan bahasa Melayu, karena bahasa ini berkembang secara alami. Menurut sensus tahun 1993, penutur bahasa Betawi adalah 2,7 juta jiwa.
Itulah 10 bahasa daerah dengan penutur terbanyak di indonesia. Banyak sekali bahasa daerah yang saat ini terancam kelestariannya dikarenakan sifat kurang peduli dari penutur bahasa itu sendiri. Saat ini banyak anak yang diajari dengan bahasa Indonesia bahkan bahasa asing oleh para orang tuanya, dan tidak diajari bahasa ibu. Sehingga menjadikan mereka tidak mengerti bahasa ibu mereka. Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa penting, namun bahasa Indonesia dapat dengan mudah dipelajari di sekolah-sekolah. Sedangkan bahasa daerah, tidak semua sekolah mengajarkannya. Sehingga perlu adanya kesadaran para orang tua untuk mengenalkan bahasa ibu kepada anak-anaknya.


Minggu, 08 Desember 2013

KEBUDAYAAN DAERAH JAWA TIMUR



Banyak hal menarik dari seni dan kebudayaan yang terdapat di propinsi Jawa Timur. Banyak kesenian khas yang menjadi ciri khas dari budaya yang terdapat di daerah ini. Jawa Timur memiliki sejumlah kesenian khas. Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang cukup terkenal, yakni seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Berbeda dengan ketoprak yang menceritakan kehidupan istana, ludruk menceritakan kehidupan sehari-hari rakyat jelata, yang seringkali dibumbui dengan humor dan kritik sosial, dan umumnya dibuka dengan Tari Remo dan parikan. Saat ini kelompok ludruk tradisional dapat dijumpai di daerah Surabaya, Mojokerto, dan Jombang; meski keberadaannya semakin dikalahkan dengan modernisasi.
Reog yang sempat diklaim sebagai tarian dari Malaysia merupakan kesenian khas Ponorogo yang telah dipatenkan sejak tahun 2001, reog kini juga menjadi ikon kesenian Jawa Timur. Pementasan reog disertai dengan jaran kepang (kuda lumping) yang disertai unsur-unsur gaib. Seni terkenal Jawa Timur lainnya antara lain wayang kulit purwa gaya Jawa Timuran, topeng dalang di Madura, dan besutan. Di daerah Mataraman, kesenian Jawa Tengahan seperti ketoprak dan wayang kulit cukup populer. Legenda terkenal dari Jawa Timur antara lain Damarwulan dan Angling Darma. Kebudayaan lainya adalah :

a.         Seni Tari

Tari Remong, sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa, kepahlawanan. Ditarikan pada waktu menyambut para tamu. Reog Ponorogo, merupakan tari daerah Jawa Timur yang menunjukkan keperkasaan, kejantanan dan kegagahan.

b.        Musik

Musik tradisional Jawa Timur hampir sama dengan musik gamelan Jawa Tengah seperti Macam laras (tangga nada) yang digunakan yaitu gamelan berlaras pelog dan berlaras slendro. Nama-nama gamelan yang ada misalnya ; gamelan kodok ngorek, gamelan munggang, gamelan sekaten, dan gamelan gede. Kini gamelan dipergunakan untuk mengiringi bermacam acara, seperti; mengiringi pagelaran wayang kulit, wayang orang, ketoprak, tari-tarian, upacara sekaten, perkawinan, khitanan, keagaman, dan bahkan kenegaraan.Di Madura musik gamelan yang ada disebut Gamelan Sandur.

c.         Rumah Adat

Bentuk bangunan Jawa Timur bagian barat (seperti di Ngawi, Madiun, Magetan, dan Ponorogo) umumnya mirip dengan bentuk bangunan Jawa Tengahan (Surakarta). Bangunan khas Jawa Timur umumnya memiliki bentuk joglo , bentuk limasan (dara gepak), bentuk srontongan (empyak setangkep).Masa kolonialisme Hindia-Belanda juga meninggalkan sejumlah bangunan kuno. Kota-kota di Jawa Timur banyak terdapat bangunan yang didirikan pada era kolonial, terutama di Surabaya dan Malang.

d.        Pakaian Adat

Pakaian adat jawa timur ini disebut mantenan. pakaian ini sering digunakan saat perkawinan d masyarakat magetan jawa timur

e.        Reog Ponorogo

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur, khususnya kota Ponorogo. Tak hanya topeng kepala singa saja yang menjadi perangkat wajib kesenian ini. Tapi juga sosok warok dan gemblak yang menjadi bagian dari kesenian Reog. Di Indonesia, Reog adalah salah satu budaya daerah yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan. Seni Reog Ponorogo ini terdiri dari 2 sampai 3 tarian pembuka. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani.
Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisional, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang. Eits, tarian ini berbeda dengan tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar. Adegan terakhir adalah singa barong. Seorang penari memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak.

f.          Karapan Sapi

Karapan sapi adalah pacuan sapi khas dari Pulau Madura. Dengan menarik sebentuk kereta, dua ekor sapi berlomba dengan diiringi oleh gamelan Madura yang disebut saronen. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Jalur pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh sampai lima belas detik.


Sumber:

Senin, 02 Desember 2013

laporan ilmiah

1.     Jelaskan proses perubahan Energi yang terjadi pada percobaan Konstanta Joule ini?
Jawab :

Pada percobaan Joule (Joule's experiment) terjadi perubahan energi dari energi mekanik (biasa disebut energi potensial) menjadi panas.
Ataupun Energi mekanik menjadi kalor ( biasanya di sekolah percobaan memanaskan air ).

2.     Carilah Satuan dan Dimensi dari :
a.    Energi Listrik
b.    Energi Kalor
c.    Energi Kalor Jenis
d.    Konstanta Joule

Jawab:
a.    Satuan energy Listrik
W = Q.V
W = Energi listrik ( Joule)
Q = Muatan listrik ( Coulomb)
V =  Beda potensial ( Volt )
Dimensi energy Listrik
[M][L]²[T]^-2


b.    Satuan energy  Kalor
W = Q.V   
W = Energi listrik ( Joule)
Q = Muatan listrik ( Coulomb)
V =  Beda potensial ( Volt )
Dimensi energy kalor
[L]²[T]^-2[θ]^-1

c.    Satuan Energi Kalor Jenis
J/kgC°
Dimensi Kalor Jenis
(M)^2(T)^-2(θ)^-1

d.    Satuan Energi Konstanta Joule
J/kal
Dimensi
konstanta joule bukan merupakan konstanta berdimensi
3.     Jelaskan apa yang dimaksud dengan “ Tara kalor mekanik “ dan “Tara kalor listrik”
Jawab:
a.    Tara kalor mekanik. Bila kalor sebesar H satuan kalor berubah seluruhnya menjadi usaha sebesar W satuan, dalam persamaan W = JH, J disebut tara kalor mekanik. Kalau W dinyatakan dalam Joule, H dalam kalori, J mempunyai satuan Joule/kalori. Dalam hal ini J = 4,185 J/kal.
Usaha yang dilakukan oleh beban (m) dapat dihitung. Demikian pula kalor yang dihasilkan dalam kalorimeter. Kemudian perbandingan antara usaha dengan kalor dapat diketahui. Ternyata perbandingan antara usaha dengan kalor selalu tetap, yaitu  4,2 joule/kalori. Bilangan ini dinamakan tara kalor mekanik.

b.    Tara kalor listrik. Tara kalor listrik adalah perbandingan antara energi listrik yang diberikan terhadap panas yang di hasilkan

J = W/H [Joule/kalori]

Suatu bentuk energi dapat berubah menjadi bentuk energi yang lain. Misalnya pada peristiwa gesekan energi mekanik berubah menjadi panas. Pada mesin uap panas diubah menjadi energi mekanik. Demikian pula energi listrik dapat diubah menjadi panas atau sebaliknya. Sehingga dikenal adanya kesetaraan antara panas dengan energi mekanik/listrik, secara kuantitatif hal ini dinyatakan dengan angka kesetaraan panas-energi listrik/mekanik.

artikel pendidikan


Tuntutan di dalam dunia kerja bukanlah penguasaan teori, namun penguasaan praktek secara nyata atau real. Penguasaan teori hanya di intensitaskan sebesar 30% saja sedangkan penguasaan praktek sebesar 70%. Namun berbeda dengan pekerjaan di bidang pendidikan. Penguasaan teori sangat dominan karena teori tersebut nantinya digunakan untuk memberikan materi kepada peserta didik. Jika hanya terpaku pada penguasaan praktek saja maka peserta didik tidak akan dapat mengetahui dasar dari suatu ilmu. Oleh karena itu penguasaan teori sangat dibutuhkan untuk bekerja di bidang pendidikan seperti contoh guru. Dengan adanya pembagian tersebut maka kita akan dapat menentukan masa depan kita nantinya.
Dalam menuntut ilmu seseorang tidak hanya diwajibkan untuk menuntut ilmu yang bersifat akademik saja, namun juga harus diimbangi dengan adanya ilmu kewarganegaraan dan pendidikan agama agar kepribadian seseorang dapat dirubah menjadi lebih baik kedepannya. Ilmu kewarganegaraan mengajarkan untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan bangsa yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif pada negara melalui lembaga instansinya. Sedangkan Pendidikan Agama digunakan untuk menumbuhkan keimanan dan ketaqwaan pada diri seseorang agar saat bekerja nantinya dapat melakukan pekerjaan secara serius dan tidak melakukan penyelewengan. Selain itu ilmu keagamaan juga digunakan untuk meningkatkn pengetahuan tentang agama yang dianut sehingga akan membawa dampak positif, yakni akan membuat seseorang semakin rajin dan ikhlas mengerjakan ibadah sesuai dengan agama yang dianut.

Minggu, 17 November 2013

MENYEIMBANGKAN ANTARA BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA DAERAH



Bahasa merupakan pelestari budaya. Artinya dalam bahasa itu terkandung nilai-nilai dan karakter kebudayaan. Dalam konteks lokal, bahasa daerah menjadi sarana untuk melestarikan suatu kebudayaan di daerah setempat. Dalam konteks ilmu dan peradaban, bahasa daerah merupakan kekayaan ilmu dan keberagaman peradaban yang harus dijaga dan dipelihara. Sedangkan secara nasional, bahasa Indonesia menjadi bahasa pemersatu seluruh etnis budaya lokal yang terbentang dari Sabang hinggaMerauke. 

Ada yang menarik dari perkembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Bahasa Indonesia diakui mulai tahun 1928 sebagai bahasa nasional. Meskipun pada saat itu tidak semua pihak sepakat, tapi mayoritas mendukung upaya tersebut. Padahal sebelum tahun 1928, bahasa Melayu telah dipakai sebagai alat komunikasi  antar etnis di nusantara. Bahasa Melayu bahkan telah terlebih dahulu menyerap kosakata dari bahasa Sanksekerta, Arab, Portugis dan Belanda. Dari akar bahasa Melayu inilah kemudian lahir bahasa Indonesia. Pada perkembangannya, bahasa Indonesia pun mendapat masukan kosakata dari bahasa Jawa dan Jawa Kuno.

Bahasa Indonesia telah membuktikan ketangguhannya karena berhasil mempersatukan ribuan etnis yang tersebar di seluruh pelosok nusantara. Tapi perlu diingat, tidak mungkin ada bahasa Indonesia jika tidak ada bahasa daerah yang menopangnya. Menurut Summer Institute of Linguistic (SIL, 2006), jumlah bahasa daerah di Indonesia mencapai 742 ragam yang menempatkan Indonesia pada urutan ke-2 sedunia sebagai laboratorium keanekaragaman bahasa setelah Papua Nugini yang memiliki 867 ragam bahasa. Bahkan lebih jauh lagi, jumlah bahasa di dunia ada sekitar 6.000 buah dan itu berarti 12% bahasa di dunia ada di Indonesia. 742 ragam bahasa daerah tadilah yang merupakan keanekaragaman etnis dan budaya yang ada di Indonesia yang secara langsung atau tidak langsung telah menjiwai bahasa Indonesia.

Dari 742 ragam bahasa daerah tadi, menurut Crystal (1987), terjadi kesepakatan di kalangan ahli bahasa bahwa ada 13 bahasa daerah terbesar yang memiliki jumlah penutur minimal 1 juta jiwa, yaitu bahasa Jawa (75.5 juta), Sunda (27 juta), Melayu (20 juta), Madura (13.6 juta), Minangkabau (6.5 juta), Batak (5 juta), Bugis (4 juta), Bali (3.8 juta), Aceh (3 juta), Sasak (2 juta), Makasar (1.6 juta), Lampung (1.5 juta), dan Rejang (1 juta). Jadi, hanya 13 bahasa daerah inilah yang lestari. Jika kita cermati, sebagian besar bahasa daerah terbesar tersebut berasal dari wilayah barat Indonesia. Tercatat hanya bahasa Sasak, Bugis dan Makasar (wilayah timur Indonesia) yang memiliki jumlah penutur di atas 1 juta jiwa. Hal ini terjadi karena, secara geografis, semakin ke arah timur jumlah penduduk Indonesia semakin sedikit, tapi jumlah keragaman bahasa daerah semakin banyak. Sebaliknya, semakin ke arah barat, jumlah penduduk Indonesia semakin banyak, tapi jumlah keragaman bahasa daerah semakin sedikit.

Bahasa Daerah di Indonesia sampai kini makin terpinggirkan, karena berbagai sebab di antaranya makin berkurangnya jumlah penutur. Namun demikian, kekhawatiran di atas seharusnya tidak perlu terjadi, jika kita semua, keluarga, masyarakat dan pemerintah, memiliki kesadaran dan langkah yang sinergis untuk mempertahankan bahasa daerah tanpa menghambat pertumbuhan bahasa lainnya bahkan bahasa nasional sekalipun. Saya mengilustrasikan setidaknya ada 3 level dalam kehidupan berbangsa, yaitu lokal, nasional dan internasional. Hendaknya bahasa daerah digunakan dalam konteks lokal sesama masyarakat daerah. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa nasional dalam konteks formal dan legal. Sedangkan bahasa asing digunakan ketika berkomunikasi dengan negara-negara lain. Dengan demikian bahasa Indonesia dengan bahasa daerah dapat diseimbangkan penggunaannya dan dapar dipertahankan keberadaannya.


Bahasa Daerah Harus Dilestarikan
Keragaman bahasa ada di masyarakat merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Sebagai sebuah hasil proses budaya yang berjalan ratusan hingga ribuan tahun, maka bahasa-bahasa daerah ini harus kita lestarikan. Penggunaan bahasa daerah sekarang sudah mulai terpinggirkan karena kurangnya pengajaran bahasa daerah yang diberikan kepada generasi penerus, generasi saat ini lebih tertarik mempelajari bahasa asing / internasional dibanding bahasa daerahnya sendiri. Memang mempelajari bahasa internasional sudah menjadi tuntutan penting di era globalisasi ini namun jangan sampai bahasa internasional ini menutupi bahkan menghilangkan bahasa daerah yang seharusnya dilestarikan karena bahasa daerah merupakan identitas dari masing-masing suku di Indonesia tercinta. 

Minggu, 10 November 2013

BUDAYA BERBAHASA INDONESIA



Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang telah dikumandangkan sebagai bahasa persatuan negara republik Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan sebuah bahasa nasional yang dipakai oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Bahasa Nasional Indonesia mulai digunakan oleh bangsa Indonesa setelah Proklamasi RI tahun 1945, meskipun sebelumnya pernah dicanangkan untuk digunakan setelah Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun di kala itu, bangsa Indonesia belum sepenuhnya menggunakan bahasa ini akibat banyaknya ragam bahasa yang diperkenalkan pada saat kolonialisme.
Kini bahasa ini menjadi bahasa Nasional yang digunakan secara baku dan resmi dalam sebuah pidato kenegaraan, proses pembelajaran di sekolah dan Universitas dan lain-lainnya. Bahasa Nasional Indonesia bahkan mengalami perkembangan kian pesat hingga saat ini. Bahasa Melayu Indonesia yang dulu terkesan monoton dan belum terdapat beragam kosa kata, semakin lama bahasa ini semakin beragam dengan munculnya kosa kata baru.
Namun dewasa ini, di era serba global, perkembangan bahasa asing di negara kita cukup pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya sekolah yang memiliki taraf dan tarif internasional. Bahasa pengantar atau bahasa sehari-hari yang digunakan tentu bukan lagi bahasa Indonesia, tapi bahasa Inggris. Hal ini dilakukan oleh sekolah itu untuk mempersiapkan murid mereka menghadapi tantangan global. Belum lagi, muda-mudi penerus bangsa ini lebih bangga ketika menggunakan bahasa asing itu sebagai lingua franca mereka. Karena mereka menganggap bahasa Indonesia sudah ketinggalan zaman, sedangkan penggunaan bahasa Inggris dianggap bergengsi.
Fenomena di atas membuktikan, bahwa eksistensi bahasa pemersatu bangsa ini tengah terancam oleh serangan dari luar. Bahasa yang diperjuangkan dengan darah dan air mata, secara perlahan digeser dengan penggunaan bahasa asing di kehidupan sehari-hari. Kebanyakan dari mereka berdalih bahwa jika kita tidak berbicara bahasa asing, terutama bahasa Inggris, dianggap sebagai bangsa yang tertinggal, dan akan tergilas oleh laju globalisasi yang semakin merajalela.
Generasi sekarang mulai melupakan bahasa yang berhasil menyatukan bangsa ini untuk mengusir para penjajah. Sumpah berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu tampaknya telah luput dari ingatan mereka. Sebelum era kemerdekaan, bahasa Indonesia sempat dilarang penggunaannya, karena dapat mengancam keberadaan bangsa asing di bumi Nusantara. Para penjajah menganggap bahwa bahasa dapat menyatukan mereka yang terpecah-belah, dan dapat membangkitkan semangat juang rakyat untuk mengusir penjajah.
Pada masa sekarang ini, bahasa inggris sepertinya sangat diminati oleh masyarakat, bukan saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh penjuru dunia. Karena saat ini adalah masa globalisasi, dan bahasa inggris adalah bahasa yang digunakan dalam bahasa internasional.
Bahasa inggris juga dapat menghilangkan identitas bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dan juga bahasa kesatuan Republik Indonesia, sebagai alat pemersatu bangsa, yang sudah sedikit dilupakan oleh masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia sangat diperlukan dalam Negara kita. Kalau tidak ada bahasa Indonesia maka kita tidak dapat memproklamasikan kemerdekaan kita.
Pengaruh yang ada telah membuat bahasa Indonesia terpinggirkan, bahkan di negaranya sendiri, di kalangan masyarakat dan pelajar. Masyarakat kita menyepelekan bahasa Indonesia dan mengagungkan bahasa-bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Spanyol, Jepang, Arab, Perancis atau Mandarin. Keadaan yang begitu berlawanan dengan sejarah awal perkembangan bahasa Indonesia, saat para pemuda dan rakyat Indonesia dulu sangat menjunjung nilai-nilai kebangsaan dan budaya bangsa. Satu hal yang menjadi ironi lagi adalah bahwa kasus ketidaklulusan ujian nasional pelajar kita adalah karena menyepelekan pelajaran bahasa Indonesia yang menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan.
Bahkan sekarang ini, orang-orang yang berkelas menengah atas pun sibuk untuk mencarikan anak-anaknya bimbingan bahasa inggris. Bagi pemerolehan bahasa anak dan juga pada pribadi anak yang menjadi tidak begitu mengenal bahasa Indonesia atau bahkan bahasa daerah sebagai bahasa yang ia kenal pertama kali dalam hidupnya. Seperti itulah sedikit gambaran bahasa inggris yang sekarang sudah lebih diutamakan.
Sumber :

Cintai Bahasa Sendiri
Tidak dipungkiri, di era globalisasi ini penggunaan bahasa asing memang penting melihat persaingan tidak hanya sebatas pada satu negara saja melainkan sudah melibatkan seluruh negara yang ada di dunia. Tanpa kita mempelajari minimal satu bahasa asing maka kita tidak dapat bersaing. Namun, penggunaan bahasa asing tetap tidak mengganggu bahasa sendiri yaitu bahasa Indonesia. Jangan karena kita telah menguasai dan mempelajari bahasa asing maka kita malu dan melupakan bahasa kita sendiri, karena hal ini akan sedikit demi sedikit melunturkan rasa nasionalisme kita terhadap budaya sendiri. bahasa yang telah diperjuangkan oleh nenek moyang kita tidak boleh kita lupakan begitu saja.
Janganlah kita merasa malu menggunakan bahasa Indonesia. Karena bahasa ini menjadi salah satu media pemersatu bangsa. Kita pun dapat melihat ke salah satu kerabat Asia kita yang cukup sukses, Jepang. Kebanyakan orang Jepang tidak dapat berbahasa Inggris, mereka amat bangga dan selalu merasa bahwa bahasa mereka lebih baik daripada bahasa lainnya. Mereka berpendapat, jika orang asing ingin menjalin kerja sama dengan mereka, orang asing lah yang harus memahami budaya dan bahasa mereka. Bukan sebaliknya.
Kita sebagai orang Indonesia, harus berbangga dengan bahasa dan juga budaya kita sendiri. Namun, harus tetap berorientasi kepada global agar bangsa kita ini tidak tertinggal kemajuan zaman yang semakin pesat. “Think globally, act locally”. Berpikirlah secara global, namun berperilakulah sesuai dengan tradisi lokal.