Minggu, 17 November 2013

MENYEIMBANGKAN ANTARA BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA DAERAH



Bahasa merupakan pelestari budaya. Artinya dalam bahasa itu terkandung nilai-nilai dan karakter kebudayaan. Dalam konteks lokal, bahasa daerah menjadi sarana untuk melestarikan suatu kebudayaan di daerah setempat. Dalam konteks ilmu dan peradaban, bahasa daerah merupakan kekayaan ilmu dan keberagaman peradaban yang harus dijaga dan dipelihara. Sedangkan secara nasional, bahasa Indonesia menjadi bahasa pemersatu seluruh etnis budaya lokal yang terbentang dari Sabang hinggaMerauke. 

Ada yang menarik dari perkembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Bahasa Indonesia diakui mulai tahun 1928 sebagai bahasa nasional. Meskipun pada saat itu tidak semua pihak sepakat, tapi mayoritas mendukung upaya tersebut. Padahal sebelum tahun 1928, bahasa Melayu telah dipakai sebagai alat komunikasi  antar etnis di nusantara. Bahasa Melayu bahkan telah terlebih dahulu menyerap kosakata dari bahasa Sanksekerta, Arab, Portugis dan Belanda. Dari akar bahasa Melayu inilah kemudian lahir bahasa Indonesia. Pada perkembangannya, bahasa Indonesia pun mendapat masukan kosakata dari bahasa Jawa dan Jawa Kuno.

Bahasa Indonesia telah membuktikan ketangguhannya karena berhasil mempersatukan ribuan etnis yang tersebar di seluruh pelosok nusantara. Tapi perlu diingat, tidak mungkin ada bahasa Indonesia jika tidak ada bahasa daerah yang menopangnya. Menurut Summer Institute of Linguistic (SIL, 2006), jumlah bahasa daerah di Indonesia mencapai 742 ragam yang menempatkan Indonesia pada urutan ke-2 sedunia sebagai laboratorium keanekaragaman bahasa setelah Papua Nugini yang memiliki 867 ragam bahasa. Bahkan lebih jauh lagi, jumlah bahasa di dunia ada sekitar 6.000 buah dan itu berarti 12% bahasa di dunia ada di Indonesia. 742 ragam bahasa daerah tadilah yang merupakan keanekaragaman etnis dan budaya yang ada di Indonesia yang secara langsung atau tidak langsung telah menjiwai bahasa Indonesia.

Dari 742 ragam bahasa daerah tadi, menurut Crystal (1987), terjadi kesepakatan di kalangan ahli bahasa bahwa ada 13 bahasa daerah terbesar yang memiliki jumlah penutur minimal 1 juta jiwa, yaitu bahasa Jawa (75.5 juta), Sunda (27 juta), Melayu (20 juta), Madura (13.6 juta), Minangkabau (6.5 juta), Batak (5 juta), Bugis (4 juta), Bali (3.8 juta), Aceh (3 juta), Sasak (2 juta), Makasar (1.6 juta), Lampung (1.5 juta), dan Rejang (1 juta). Jadi, hanya 13 bahasa daerah inilah yang lestari. Jika kita cermati, sebagian besar bahasa daerah terbesar tersebut berasal dari wilayah barat Indonesia. Tercatat hanya bahasa Sasak, Bugis dan Makasar (wilayah timur Indonesia) yang memiliki jumlah penutur di atas 1 juta jiwa. Hal ini terjadi karena, secara geografis, semakin ke arah timur jumlah penduduk Indonesia semakin sedikit, tapi jumlah keragaman bahasa daerah semakin banyak. Sebaliknya, semakin ke arah barat, jumlah penduduk Indonesia semakin banyak, tapi jumlah keragaman bahasa daerah semakin sedikit.

Bahasa Daerah di Indonesia sampai kini makin terpinggirkan, karena berbagai sebab di antaranya makin berkurangnya jumlah penutur. Namun demikian, kekhawatiran di atas seharusnya tidak perlu terjadi, jika kita semua, keluarga, masyarakat dan pemerintah, memiliki kesadaran dan langkah yang sinergis untuk mempertahankan bahasa daerah tanpa menghambat pertumbuhan bahasa lainnya bahkan bahasa nasional sekalipun. Saya mengilustrasikan setidaknya ada 3 level dalam kehidupan berbangsa, yaitu lokal, nasional dan internasional. Hendaknya bahasa daerah digunakan dalam konteks lokal sesama masyarakat daerah. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa nasional dalam konteks formal dan legal. Sedangkan bahasa asing digunakan ketika berkomunikasi dengan negara-negara lain. Dengan demikian bahasa Indonesia dengan bahasa daerah dapat diseimbangkan penggunaannya dan dapar dipertahankan keberadaannya.


Bahasa Daerah Harus Dilestarikan
Keragaman bahasa ada di masyarakat merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Sebagai sebuah hasil proses budaya yang berjalan ratusan hingga ribuan tahun, maka bahasa-bahasa daerah ini harus kita lestarikan. Penggunaan bahasa daerah sekarang sudah mulai terpinggirkan karena kurangnya pengajaran bahasa daerah yang diberikan kepada generasi penerus, generasi saat ini lebih tertarik mempelajari bahasa asing / internasional dibanding bahasa daerahnya sendiri. Memang mempelajari bahasa internasional sudah menjadi tuntutan penting di era globalisasi ini namun jangan sampai bahasa internasional ini menutupi bahkan menghilangkan bahasa daerah yang seharusnya dilestarikan karena bahasa daerah merupakan identitas dari masing-masing suku di Indonesia tercinta. 

Minggu, 10 November 2013

BUDAYA BERBAHASA INDONESIA



Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang telah dikumandangkan sebagai bahasa persatuan negara republik Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan sebuah bahasa nasional yang dipakai oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Bahasa Nasional Indonesia mulai digunakan oleh bangsa Indonesa setelah Proklamasi RI tahun 1945, meskipun sebelumnya pernah dicanangkan untuk digunakan setelah Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun di kala itu, bangsa Indonesia belum sepenuhnya menggunakan bahasa ini akibat banyaknya ragam bahasa yang diperkenalkan pada saat kolonialisme.
Kini bahasa ini menjadi bahasa Nasional yang digunakan secara baku dan resmi dalam sebuah pidato kenegaraan, proses pembelajaran di sekolah dan Universitas dan lain-lainnya. Bahasa Nasional Indonesia bahkan mengalami perkembangan kian pesat hingga saat ini. Bahasa Melayu Indonesia yang dulu terkesan monoton dan belum terdapat beragam kosa kata, semakin lama bahasa ini semakin beragam dengan munculnya kosa kata baru.
Namun dewasa ini, di era serba global, perkembangan bahasa asing di negara kita cukup pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya sekolah yang memiliki taraf dan tarif internasional. Bahasa pengantar atau bahasa sehari-hari yang digunakan tentu bukan lagi bahasa Indonesia, tapi bahasa Inggris. Hal ini dilakukan oleh sekolah itu untuk mempersiapkan murid mereka menghadapi tantangan global. Belum lagi, muda-mudi penerus bangsa ini lebih bangga ketika menggunakan bahasa asing itu sebagai lingua franca mereka. Karena mereka menganggap bahasa Indonesia sudah ketinggalan zaman, sedangkan penggunaan bahasa Inggris dianggap bergengsi.
Fenomena di atas membuktikan, bahwa eksistensi bahasa pemersatu bangsa ini tengah terancam oleh serangan dari luar. Bahasa yang diperjuangkan dengan darah dan air mata, secara perlahan digeser dengan penggunaan bahasa asing di kehidupan sehari-hari. Kebanyakan dari mereka berdalih bahwa jika kita tidak berbicara bahasa asing, terutama bahasa Inggris, dianggap sebagai bangsa yang tertinggal, dan akan tergilas oleh laju globalisasi yang semakin merajalela.
Generasi sekarang mulai melupakan bahasa yang berhasil menyatukan bangsa ini untuk mengusir para penjajah. Sumpah berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu tampaknya telah luput dari ingatan mereka. Sebelum era kemerdekaan, bahasa Indonesia sempat dilarang penggunaannya, karena dapat mengancam keberadaan bangsa asing di bumi Nusantara. Para penjajah menganggap bahwa bahasa dapat menyatukan mereka yang terpecah-belah, dan dapat membangkitkan semangat juang rakyat untuk mengusir penjajah.
Pada masa sekarang ini, bahasa inggris sepertinya sangat diminati oleh masyarakat, bukan saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh penjuru dunia. Karena saat ini adalah masa globalisasi, dan bahasa inggris adalah bahasa yang digunakan dalam bahasa internasional.
Bahasa inggris juga dapat menghilangkan identitas bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dan juga bahasa kesatuan Republik Indonesia, sebagai alat pemersatu bangsa, yang sudah sedikit dilupakan oleh masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia sangat diperlukan dalam Negara kita. Kalau tidak ada bahasa Indonesia maka kita tidak dapat memproklamasikan kemerdekaan kita.
Pengaruh yang ada telah membuat bahasa Indonesia terpinggirkan, bahkan di negaranya sendiri, di kalangan masyarakat dan pelajar. Masyarakat kita menyepelekan bahasa Indonesia dan mengagungkan bahasa-bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Spanyol, Jepang, Arab, Perancis atau Mandarin. Keadaan yang begitu berlawanan dengan sejarah awal perkembangan bahasa Indonesia, saat para pemuda dan rakyat Indonesia dulu sangat menjunjung nilai-nilai kebangsaan dan budaya bangsa. Satu hal yang menjadi ironi lagi adalah bahwa kasus ketidaklulusan ujian nasional pelajar kita adalah karena menyepelekan pelajaran bahasa Indonesia yang menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan.
Bahkan sekarang ini, orang-orang yang berkelas menengah atas pun sibuk untuk mencarikan anak-anaknya bimbingan bahasa inggris. Bagi pemerolehan bahasa anak dan juga pada pribadi anak yang menjadi tidak begitu mengenal bahasa Indonesia atau bahkan bahasa daerah sebagai bahasa yang ia kenal pertama kali dalam hidupnya. Seperti itulah sedikit gambaran bahasa inggris yang sekarang sudah lebih diutamakan.
Sumber :

Cintai Bahasa Sendiri
Tidak dipungkiri, di era globalisasi ini penggunaan bahasa asing memang penting melihat persaingan tidak hanya sebatas pada satu negara saja melainkan sudah melibatkan seluruh negara yang ada di dunia. Tanpa kita mempelajari minimal satu bahasa asing maka kita tidak dapat bersaing. Namun, penggunaan bahasa asing tetap tidak mengganggu bahasa sendiri yaitu bahasa Indonesia. Jangan karena kita telah menguasai dan mempelajari bahasa asing maka kita malu dan melupakan bahasa kita sendiri, karena hal ini akan sedikit demi sedikit melunturkan rasa nasionalisme kita terhadap budaya sendiri. bahasa yang telah diperjuangkan oleh nenek moyang kita tidak boleh kita lupakan begitu saja.
Janganlah kita merasa malu menggunakan bahasa Indonesia. Karena bahasa ini menjadi salah satu media pemersatu bangsa. Kita pun dapat melihat ke salah satu kerabat Asia kita yang cukup sukses, Jepang. Kebanyakan orang Jepang tidak dapat berbahasa Inggris, mereka amat bangga dan selalu merasa bahwa bahasa mereka lebih baik daripada bahasa lainnya. Mereka berpendapat, jika orang asing ingin menjalin kerja sama dengan mereka, orang asing lah yang harus memahami budaya dan bahasa mereka. Bukan sebaliknya.
Kita sebagai orang Indonesia, harus berbangga dengan bahasa dan juga budaya kita sendiri. Namun, harus tetap berorientasi kepada global agar bangsa kita ini tidak tertinggal kemajuan zaman yang semakin pesat. “Think globally, act locally”. Berpikirlah secara global, namun berperilakulah sesuai dengan tradisi lokal.


Minggu, 03 November 2013

Riwayat Hidup dan Surat Lamaran Kerja

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Curriculum Vitae


Data Pribadi / Personal Details
Nama / Name                               :     Fauzi Aulianinda Sakti
Alamat / Address                         :      Perum . Griya Bukit Jaya blok
                                                           E10/16/17 Rt 02   Rw 026       
                                                           Gunung Putri – Kabupaten Bogor
                                                           Jawa Barat
Kode Post / Postal Code               :     16961 
Nomor Telepon / Phone               :     087770538013
Email                                             :     Fauziaulianindas@gmail.com
                                                           fauziaulianindas@yahoo.co.id
Jenis Kelamin / Gender                 :     Pria
Tanggal Kelahiran / Date of Birth  :    11 Januari 1994
Status Marital / Marital Status       :     Belum Menikah
Warga Negara / Nationality           :     Indonesia
Agama / Religion                           :     Islam

Preferensi Pekerjaan / Job Preference
Bidang Pekerjaan yang diminati   :     Manajemen dan Akuntansi
Ketersediaan waktu                    :    Senantiasa tersedia

Riwayat Pendidikan dan Pelatihan
Educational and Professional Qualification
Jenjang Pendidikan                     :
Education Information               

Periode
Sekolah / Institusi / Universitas
Jurusan
Jenjang
IP
1999
-
2000
TK ANNISA
-
-
-
2000
-
2006
SD NEGERI GUNUNG PUTRI 1
-
-
-
2006
-
2009
SMPN  GUNUNG PUTRI 1
-
-
-
2009
-
2012
SMKN GUNUNG PUTRI 1
TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI
-
-
2013

2017
UNIVERSITAS GUNADARMA
TEKNIK INDUSTRI
S1
-



Pendidikan Non Formal / Training – Seminar/ Pengalaman Organisasi

1.  Kursus Bahasa Inggris LBPP LIA


Riwayat Pengalaman Kerja
Summary of Working Experience
-

Lain-lain                           
Saya lulusan dari Universitas Gunadarma. Saya memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi pribadi yang berhasil dan sukses. Kecerdasan empati dan pengendalian emosi. Memiliki motivasi kuat untuk terus belajar dan berkembang. Berfikir logis, daya nalar yang baik. Suka Berorganisasi. Terampil berhubungan interpersonal. Mampu mempelajari penggunaan program aplikasi terapan baru dengan instruksi minimal.

Demikian CV ini saya buat dengan sebenarnya.

      Hormat Saya


Fauzi Aulianinda Sakti 


Surat Lamaran Kerja 


Bogor, 2 Maret 2014

Hal: Permohonan Kerja
Yth. Manajer HRD
PT. Bogor Media Grafika
Gedung Graha Pena, Jl. Abdullah Bin M. Nuh, No. 30
Taman Yasmin – Bogor
16310

Dengan hormat,
Berdasarkan berita lowongan pekerjaan yang dimuat dalam situs jejaring sosial www.kaskus.com pada tanggal 1 Maret 2014. Dengan ini saya:
Nama                         :   Fauzi Aulianinda Sakti
Tempat tanggal lahir    :   Ngawi 11 Januari 1994
Jenis kelamin              :   Laki-laki
Pendidikan akhir        :   S1 Teknik Industri Universitas Gunadarma
Alamat                       :   Perum.Griya Bukit Jaya Blok E10 no 16-17 Rt 02 Rw 026
                                        Gunung  Putri – kabupaten Bogor
Mengajukan permohonan untuk dapat bekerja di perusahaan Bapak/Ibu sebagai Staff Marketing . Untuk bahan pertimbangan saya lampirkan berkas-berkas sebagai berikut:
1.      CV / Daftar Riwayat Hidup
2.      1 lembar Foto Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)
3.      1 lembar Foto Copy SKCK
4.      Foto Copy Transkrip IP terakhir
5.      Foto Copy Sertifikat kursus
6.      Foto berwarna ukuran 3x4
Besar harapan saya untuk dapat diterima diperusahaan yang Bapak/Ibu pimpin. Demikian surat permohonan kerja ini saya buat, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.



       Hormat saya




Fauzi Aulianinda S









perbedaan karya ilmiah , semi ilmiah , dan non ilmiah

Karya Ilmiah
Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Menurut pengertian lain karya ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan menyajikan fakta umum serta ditulis menurut metedologi penulisan yang benar. Karya ilmiah ditulis dengan bahasa yang konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan dan didukung fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.



Karya ilmiah mempunyai 3 ciri yaitu:
1.      Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Artinya sesuai dengan objek yang diteliti.
2.      Bersifat metodis dan sistematis
3.      Menggunakan ragam bahasa ilmiah yang baku dan formal, bahasanya bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsiran dan makna ganda.

Macam – macam Karya Ilmiah:
a.      Karya Ilmiah Pendidikan
Karya Ilmiah pendidikan digunakan untuk tugas meresume pelajaran, serta persyaratan mencapai suatu gelar pendidikan, karya ilmiah terdiri dari :
1. Paper ( Karya Tulis)
2. Pra Skripsi
3. Skripsi yaitu karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasar pendapat orang lain.
4. Thesis yaitu karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi.
5. Disertasi yaitu karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasar data dan fakta yang sahih dengan analisi yang terinci.
b.     Karya Ilmiah Penelitian
Karya ilmiah penelitian terdiri dari:
1. Makalah seminar
2. Laporan hasil penelitian
3. Jurnal Penelitian

Semi Ilmiah
Semi Ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan menurut metodologi panulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya. Semi ilmiah ini juga merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya pun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan misalnya dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen. Karakteristiknya berada diantara ilmiah.

Ciri-ciri Semi Ilmiah:

- Emotif : kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
- Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
- Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
- Kritik tanpa dukungan bukti.

Contoh :

Manga, merupakan sebutan untuk komik di Jepang. Tidak ada yang tahu secara pasti kapan komik masuk pertama kali ke Jepang, tetapi pada mulanya komik Jepang adalah peniruan dari film animasi Walt Disney oleh Ozamu Tezuka (1928-1989) dan merupakan cikal bakal dari komik Jepang modern. Beliau mengekspresikan gerakan film-film animasi Walt Disney ke dalam komik Jepang. Karya-karya beliau setelah akhir perang dunia II membuka era baru untuk komik Jepang.

Karya Non Ilmiah
Karya non ilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum, ditulis berdasarkan fakta pribadi, umumnya bersifat subjektif, gaya bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan popular. Satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dan sebagainya.

Ciri-ciri Karya Non Ilmiah:

- Bersifat persuasif
- Ditulis berdasarkan fakta pribadi
- Fakta yang disimpulkan subyektif
- Bersifat imajinatif
- Gaya bahasa konotatif dan populer
- Situasi didramatisir
- tidak memuat hipotesis
- Penyajian dibarengi dengan sejarah

Contoh :
karya non ilmiah diantaranya cerpen, puisi, novel, komik

Karya non ilmiah bersifat:
1. Emotif : kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
2. Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca,
mempengaruhi sikap cara berpikir pembaca dan cukup informatif.
3. Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.

4. Kritik tanpa dukungan bukti.

Mengidentifikasi Peranan dan Fungsi B.indonesia dalam Ragam Tulis Akademik

Bahasa adalah alat komunikasi lingual manusia, baik secara lisan maupun tertulis. Hal ini merupakan fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Sering kali pada konteks ilmiah bahasa diartikan sebagai buah pikir penulis, sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian yang dilakukan oleh si penulis tersebut pada ilmu pengetahuan tertentu. Dalam konteks karya ilmiah isi dari karya ilmiah harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam penulisan dan tata bahasanya. Ragam bahasa ini mengikuti kaidah bahasa baku untuk menghindari ambiguitas makna.dalam karya tulis ilmiah sedapatnya tidak mengandung bahasa yang terlalu kontekstual seperti ragam bahasa jurnalistik. Tujuannya agar karya ilmiah tersebut dapat dibaca oleh pembaca tidak dalam bersifat konteks saja namun bisa juga secara abstrak. Masalah imiah biasanya menyangkut hal yang sifatnya abstrak atau konseptual yang sulit dicari alat peraga atau analoginya dengan keadaan nyata. Untuk mengungkapkan hal semacam itu, diperlukan struktur bahasa dan kosakata yang canggih.
peranan Fungsi Bahasa Indonesia
Dalam Konsep Ilmiah
Karangan ilmiah menurut Brorowijoyo dalam Arifin (1985: 8 – 9) adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan tulisan menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya tulis ilmiah atau akademik menuntut kecermatan dalam penalaran dan bahasa. Dalam hal bahasa, karya semacam itu (termasuk laporan penelitian) harus memenuhi ragam bahasa standar (formal) atau terpelajar dan bukan bahasa informal atau pergaulan. Sugono (1997) membagi ragam bahasa atas dasar media/sarana, penutur, dan bahasa pokok persoalan. Atas dasar media, ragam bahasa terdiri atas ragam bahasa lisan dan tulisan. Atas dasar penuturnya, terdapat beberapa ragam yaitu dialek, terpelajar, resmi dan takresmi. Dari segi pokok persoalan, ada berbagai ragam antara lain ilmu, hukum, niaga, jurnalistik, dan sastra.
Ragam bahasa karya tulis ilmiah/akademik hendaknya mengikuti ragam bahasa yang penuturnya adalah terpelajar dalam bidang ilmu tertentu. Ragam bahasa ini mengikuti kaidah bahasa baku untuk menghindari ketaksaan atau ambiguitas makna karena karya tulis ilmiah tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian, ragam bahasa karya tulis ilmiah sedapat-dapatnya tidak mengandung bahasa yang sifatnya kontekstual seperti ragam bahasa jurnalistik. Tujuan nya adalah agar karya tersebut dapat tetap dipahami oleh pembaca yang tidak berada dalam situasi atau konteks saat karya tersebut diterbitkan.
Masalah imiah biasanya menyangkut hal yang sifatnya abstrak atau konseptual yang sulit dicari alat peraga atau analoginya dengan keadaan nyata. Untuk mengungkapkan hal semacam itu, diperlukan struktur bahasa dan kosakata yang canggih. Ciri-ciri bahasa keilmuan adalah kemampuannya untuk membedakan gagasan atau pengertian yang memang berbeda dan stukturnya yang baku dan cermat. Dengan karakteristik ini, suatu gagasan dapat terungkap secara cermat tanpa kesalahan makna bagi penerimanya. Suharsono (2001) menyebutkan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam karya tulis ilmiah berupa penelitian yaitu:
· Bemakna isinya
· Jelas uraiannya
· Berkesatuan yang bulat
· Singkat dan padat
· Memenuhi kaidah kebahasaan
· Memenuhi kaidah penulisan dan format karya ilmiah
· Komunikatif secara ilmiah
Aspek komunikatif (keefektifan) hendaknya dicapai pada pada tingkat kecanggihan yang diharapkan dalam komunikasi ilmiah. Oleh karena itu, karya ilmiah tidak selayaknya membatasi diri untuk menggunakan bahasa (stuktur kalimat dan istilah) popular khususya untuk komunikasi antarilmuan. Kareana makna simbol bahasa harus diartikan atas dasar kaidah baku, karya ilmiah tidak harus mengikuti apa yang nyatanya digunakan atau popular dengan mengorbankan makna yang seharusnya.
Jenis – jenis karya ilmiah dapat dibedakan atas berikut:
Ø Makalah
Karya tulis yang menyediakan permasalahan dan pembahasan sesuai dengan data yang telah di dapatkan di lapangan dengan objektif.

Ø Kertas Kerja
Pada umumnya kertas kerja hamper sama dengan makalah akan tetapi kertas kerja digunakan untuk penulisan local karya atau seminar serta lebih mendalam dari makalah.

Ø Laporan Praktik Kerja
Karya ilmiah yang memaparkan fakta yang di temui di tempat bekerja yang digunakan untuk penulisan terakhir jenjang diploma III (DIII).

Ø Skripsi
Merupakan karya ilmiah yang mengemukakan pendapat orang lain dan data yang telah di dapat di lapangan yang digunakan untuk mendapat gelar S1 :

1. Langsung (observasi lapangan)
2. Skripsi
3. Tidak langsung (studi kepustakaan)

Ø Tesis
Karya ilmiah yang bertujuan untuk melakukan pengetahuan baru dengan melakukan peneluitian penelitian terhadap hasil hipotesis yang ada.

Ø Disertasi
Karya tulis untuk mengungkap dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta yang realistis dan data yang relefan serta objektif.