Jepang Berkembang Karena Budaya
Kerja dan Cara Bersosial yang Sangat Baik (Tugas 2)
Apa sebenarnya pola
pikir dasar dan budaya kerja masyarakat Jepang sehingga mereka bisa
menghasilkan produk berkualitas tinggi dan dengan kecepatan yang tinggi pula?
Saya akan menyajikan dari satu sudut yang berbeda, mari kita simak..
1. Membukukan “Otak”
dan “Otot”
Poin ini adalah salah
satu basic thinking yang dimiliki orang Jepang (organisasi di Jepang) dan
benar-benar dilakukan dengan maksimal. Seiring waktu dan pergantian generasi,
orang yang memiliki pengetahuan dan keahlian akan menua dan berhenti. Apabila
“otak”(red:pengetahuan) dan “otot”(red:keahlian) mereka tidak rajin dibukukan
dalam bentuk manual, materi, foto, video dan bentuk rekam lainnya maka
berhentinya mereka jadi awal putusnya pengetahuan dan knowledge yang dimiliki
organisasi. Dengan begitu pondasi perlahan merapuh dan berimbas pada melemahnya
kekuatan organisasi secara keseluruhan.
2. Manualisasi
(transfer ilmu)
Tidak hanya pengalaman
senior yang mereka bukukan, tetapi segala sesuatu yang berhubungan dengan
pekerjaan akan mereka bukukan secara maksimal hingga hal yang kecil. Misalnya,
bagaimana cara melakukan meeting yang benar, bagaimana cara menulis notulen
yang efektif dan poin penting minimal yang harus ditulis. Terutama untuk hal
yang basic.
3. Tettei shita Kyouiku
(Training secara maksimal)
Training tidak selalu
menyebut kegiatan transfer ilmu yang diberi subjek Training ini dan training
itu. Namun kegiatan training sesungguhnya yang dilakukan oleh pelaku organisasi
di Jepang adalah menyertakan junior (orang-orang yang baru masuk atau belum berpengalaman)
bersama seniornya untuk ikut banyak pekerjaan. Memperlihatkan dan menjelaskan
pada mereka secara detil kemudian memberi kesempatan pada junior untuk
melakukan pekerjaan sendiri dengan di bawah pengawasan hingga akhirnya junior
ini memiliki skill dan bisa bekerja mandiri.
Senior memiliki
kemampuan mengajarkan secara bertahap, mampu menjelaskan secara detil,
mengajarkan trik-trik khusus dalam bekerja dan sudah tentu mengajarkan manual
yang telah mereka buat sebelumnya.
4. Pola pikir yang
mendarah daging “What`s the next step?” and “What should I do?”
Ini pola pikir yang
membuat kerja mereka cepat, mereka mengenyahkan sikap saling menyalahkan dan
saling lempar tanggung jawab. Pada hakikatnya mereka memahami bahwa masalah
wajar saja muncul di tengah kerja, namun masalah tersebut dianalisa bukan untuk
mencari siapa yang bersalah tetapi dicari jalan keluar bersama. Setiap bagian
memperjelas tanggung jawabnya masing-masing sehingga mereka jelas apa yang
harus dikerjakan, ketika terbentur masalah dengan segera dikomunikasikan dengan
atasan atau pihak-pihak terkait.
Pola pikir ini dibekali
dengan kemampuan bertanya yang baik, dan pekerja yang melakukan pekerjaan harus
merekam pekerjaannya dalam bentuk data, dan yang lainnya secara detil dan
akurat.
5. Apa dasarnya?
Mereka akan malu
mengajukan pendapat, menjawab sesuatu, melaporkan sesuatu yang terkait
pekerjaan kalau tidak ada dasar yang valid (terpercaya). Baik itu data dan
materi yang akurat maupun pengalaman kerja orang-orang yang kompeten.
6. Planning yang hebat
Sejak awal mereka
dilatih untuk membuat rencana yang matang sebelum bekerja. Tidak hanya
pekerjaan besar, pekerjaan-pekerjaan kecilpun mereka dibiasakan untuk
merencanakannya terlebih dahulu. Mereka memprediksikan lebih dulu
kemungkinan-kemungkinan kendala yang akan dihadapi sehingga mereka juga
mempersiapkan beberapa jalur/cara untuk menyelesaikan pekerjaannya.
7. Senior & Junior
Jepang salah satu
Negara yang kental dengan senioritas. Yang muda patuh pada yang tua. Sistem ini
sudah menjadi sistem keseluruhan masyarakat Jepang, yang senior wajib mengajari
juniornya dan berhak dihormati. Junior wajib menghormati dan mengikuti dan
berhak untuk diajari.
8. Communication skill
Bagi yang pernah
belajar di jepang atau setidaknya tinggal di Jepang dalam waktu yang agak lama
akan tahu bahwa sejak pendidikan dini mereka diajarkan (dari sekolah dan
lingkungan) bagaimana cara berkomunikasi yang baik, dimulai dari cara berbahasa
berdasar lawan bicaranya, cara meminta tolong yang baik, cara menyampaikan
sesuatu yang tidak menyinggung orang lain, dsb.
Dengan kemampuan
komunikasi ini sangat meminimalisir perselisihan saat bekerja dengan orang
lain. Yang juga berefek positif terwujudnya kerjasama yang baik dan lingkungan
kerja yang ringan untuk berkomunikasi.
9. Make clear
(perjelas)
Jangan buat pekerjaan
serba mengambang, jangan biarkan pekerja mengira-ngira sendiri. Perjelas apa
yang harus dilakukan, siapa yang bertanggung jawab, sampai kapan harus
dikerjakan, dengan siapa harus bekerjasama, bagaimana alur mengerjakannya.
Ketidak jelasan adalah awal saling menyalahkan dan lempar tanggung jawab.
Sumber:
http://luar-negeri.kompasiana.com/2014/01/09/begini-cara-mereka-bekerja-budaya-kerja-masyarakat-jepang-623392.html